News Update
Loading...
Thursday, September 11, 2014

Tak Menangis Saat Kalah


Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.
Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 pembalap kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit, sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan tang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!".
Dorr. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.
"Ayo.. ayo.. cepat.. cepat.. maju.. maju...", begitu teriak mereka.Ahha.. sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish-pun telah terlambai.Ternyata... Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."
Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya.
"Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?".
Mark terdiam. Lalu berkata: "Ya benar, tapi bukan doa meminta kemenangan yang aku panjatkan". Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. Aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah."
Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
Mark tampaknya lebih punya kebijaksanaan dari pada kita smeua. Mark tidaklah bermohon kepada Tuhan untuk menang dalam ujian. Mark tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang dan menyakiti yang lainnya.
Namun, Mark bermohon kepada Tuhan agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa agar diberikan kemuliaan dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga, Mungkin telah banyak waktu yang kita lakukan kepada Tuhan agar mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa kepada Tuhan Untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata.
Sesungguhnya, bukankah yang kita butuhkan adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Kita harus yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng, dan mudah menyerah.
Jadi, berdoalah agar kita selalu tegar dalam menghadapi sebuah ujian, Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi ujian tersebut.

4 komentar:

No SARA no SPAM no NITIP LINK !!! Tolong sertakan sumber jika ingin Copy-Paste!!!

 
HELLO!!!